BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan
reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian terutama
pada remaja. Remaja yang kelak menjadi orang dewasa tentunya harus mempunyai
kesehatan reproduksi yang sehat. Pada masa remaja putri, terjadi berbagai
perubahan yang ditandai dengan pertumbuhan seks sekunder seperti membesarnya
payudara, tumbuhnya rambut disekitar alat kelamin dan akhirnya terjadi
pengeluaran darah menstruasi pertama.
Menstruasi
atau haid adalah luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung
pembuluh darah, di mana terjadi setiap bulan dan berlangsung selama kurang lebih
3 – 7 hari (Menteri Negara/BKKBN, 1998). Siklus haid, biasanya 28 hari, tetapi
bisa bermacam –macam antara 21-35 hari. Lamanya mengeluarkan darah berbeda
-beda, mungkin juga, berbeda dari waktu ke waktu. Kondisi seperti ini bisa
mempercepat, menunda atau bahkan mencegah haid jika perempuan sakit, cemas atau
depresi. Bahkan kelelahan fisik dan stress akibat tekanan pekerjaan bisa
menyebabkan gangguan siklus menstruasi (Baso dan Judi, 1999). Penyebab variasi
siklus menstruasi ini berhubungan dengan usia antar perempuan dan penyebab
variasi siklus menstruasi tidak banyak diketahui. Namun sedikit bervariasi
perbedaan di daerah mengenai pola menstruasi selama kehidupan reproduksi.
Selain itu perbedaan antar daerah juga dapat menjelaskan perbedaan risiko
kesehatan yang berhubungan dengan variasi fungsi menstruasi antar populasi
(Koblinsky, 1997).
Sebagai
salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa,
masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama di
kota-kota besar. Salah satu penyebab masalah kesehatan lingkungan tersebut
adalah adanya urbanisasi penduduk.
Di
Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota.
Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya
lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-bondong datang ke
kota besar mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah
tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan
pengamen jalanan yang secara tidak langsung membawa dampak sosial dan dampak
kesehatan lingkungan, seperti munculnya pemukiman kumuh dimana-mana. Selama
masa menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi,
karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran
reproduksi (Amri, 1999). Kondisi ini tentunya akan terpicu jika perempuan tidak
menjaga kesehatan tubuh khususnya yang berkaitan dengan saluran reproduksi.
Dalam proses perkembangam reproduksi, masa remaja merupakan masa transisi yang
perlu mendapat perhatian, karena sangat berpengaruh pada pola tingkah laku yang
berhubungan dengan kesehatan, seperti higiene dan sanitasi perorangan khususnya
yang berhubungan dengan kebersihan alat kelamin saat mengalami menstruasi.
Kondisi tersebut pada perempuan tentunya dapat mengganggu kesehatan.Saat menstruasi
seringkali timbul perasaan tidak enak, rasa ingin marah, pusing, lemas. Di mana
gejala ini disebut dengan sindroma pramenstruasi (Amri, 1999).
Dalam
profil kesehatan Indonesia (1997) menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan
Indonesia pada tahun 1996 yang berusia 10 – 14 tahun ada 11.380.200 (11,4%) dan
yang berumur 15 – 19 tahun ada 10.706.300 (10,8%). Hal yang terkait pada masa
remaja tersebut tentunya akan mempengaruhi kehidupan bagi remaja yang berkaitan
dengan perubahan fisik, mental, dan sosial . Utamanya kerawanan yang berhubungan
pada masalah kesehatan reproduksi. Seperti yang dikutip Andi Baso dan Judi
(1999), dikatakan bahwa siklus kesehatan yang dialami perempuan pada masa
remaja yang menggambarkan risiko terserang penyakit tertentu adalah karena
kurangnya pendidikan kesehatan reproduksi dan masalah kesehatan reproduksi
perempuan. Untuk itulah dalam penelitian ini bertujuan mempelajari menstruasi
dan kondisi yang terkait selama menstruasi pada remaja yang tinggal di
pemukiman kumuh kota Surabaya, atau secara khusus penelitian ini bertujuan
Mengidentifikasi karakteristik remaja meliputi umur, ras, pendidikan terakhir
dan mengidentifikasi riwayat menstruasi meliputi umur pertama menstruasi, lama
menstruasi, siklus, frekuensi ganti pembalut dan kondisi yang terkait sebelum
dan selama menstruasi meliputi aspek fisik dan psikologis.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah pengertian dan
karakteristik pemukiman kumuh ?
2. Bagaimanakah penelitian yang
dilakukan di pemukiman kumuh kota Surabaya ?
3. Bagaimanakah riwayat menstruasi remaja yang tinggal di pemukiman kumuh kota Surabaya ?
4. Bagaimana kondisi menstruasi remaja yang tinggal di pemukiman kumuh kota
Surabaya ?
5. Bagaimanakah upaya penanganan yang dilakukan terhadap pemukiman kumuh dan
kondisi menstruasi pada remaja ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan
karakteristik pemukiman kumuh.
2. Untuk mengetahui penelitian yang
dilakukan di pemukiman kumuh kota Surabaya.
3. Untuk mengetahui riwayat menstruasi
remaja yang tinggal di pemukiman kumuh kota Surabaya.
4. Untuk mengetahui kondisi menstruasi
remaja yang tinggal di pemukiman kumuh kota Surabaya.
5. Untuk mengetahui upaya penanganan yang dilakukan terhadap pemukiman kumuh
dan kondisi menstruasi pada remaja.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
dan Karakteristik Pemukiman Kumuh
Pemukiman
adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat merupakan
kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
Sedangkan
kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai kotor atau
cemar. Jadi, bukan padat, rapat becek, bau, reyot, atau tidak teraturnya,
tetapi justru kotornya yang menjadikan sesuatu dapat dikatakan kumuh.
Menurut
Johan Silas Pemukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang pertama
ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam
menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam menggunakan lahan
perkotaan. Sedangkan kawasan pemukiman berkepadatan tinggi merupakan embrio pemukiman
kumuh. Dan yang kedua ialah kawasan yang lokasi penyebarannya secara geografis
terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh. Yang
menjadi penyebabnya adalah mobilitas sosial ekonomi yang stagnan.
Karakteristik Pemukiman Kumuh : (Menurut
Johan Silas)
a)
Keadaan
rumah pada pemukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-rata 6 m2/orang.
Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak terlayani karena tidak
tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan pemukiman yang ada, maka
fasilitas lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannya.
b)
Pemukiman
ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat tempat mencari nafkah
(opportunity value) dan harga rumah juga murah (asas keterjangkauan) baik
membeli atau menyewa. Manfaat pemukiman disamping pertimbangan lapangan kerja
dan harga murah adalah kesempatan mendapatkannya atau aksesibilitas
tinggi.Hampir setiap orang tanpa syarat yang bertele-tele pada setiap saat dan
tingkat kemampuan membayar apapun, selalu dapat diterima dan berdiam di sana,
termasuk masyarakat “residu” seperti residivis, WTS dan lain-lain.
2.2 Penelitian
yang dilakukan di Pemukiman Kumuh Kota Surabaya terhadap Kondisi Menstruasi
Remaja di sekitarnya
a.
Penelitian Deskriptif
Penelitian di pemukiman kumuh Kota Surabaya ini merupakan
penelitian deskriptif dengan rancangan observasional jenis crossectional dalam
arti memahami hal -hal yang terkait dengan kondisi menstruasi yang dialami
remaja. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005, di daerah pemukiman
kumuh di Kota Surabaya, dengan alasan pemukiman kumuh berkaitan dengan kondisi
sanitasi yang buruk dan sanitasi lingkungan yang buruk akan mempengaruhi
individu dalam hal perawatan kebersihan perorangan. Populasi adalah semua remaja
yang tinggal di daerah pemukiman kumuh di kota Surabaya. Sampel penelitian
adalah remaja yang tinggal di daerah pemukiman kumuh di kota Surabaya. Adapun
responden dengan kriteria remaja usia 10 –19 tahun. Cara pengambilan sampel
adalah memilih rumah tangga yang ada di daerah pemukiman kumuh sebagai unit
samplingnya selanjutnya memilih remaja dalam rumah tangga yang terpilih. Adapun
pengambilan sampel remaja berdasarkan sistem rumah terdekat dan diambil
sebanyak 40 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan
kuesioner terstruktur, untuk mendapatkan data mengenai kondisi menstruasi.
b.
Karakteristik Remaja di Pemukiman
Kumuh Kota Surabaya
Umur
responden memang menunjukkan usia remaja yakni berkisar antara 12 sampai 18
tahun dan sebagian besar responden berusia 14 tahun sebanyak 10 orang (25.0%),
disusul kemudian usia 13 tahun dan 18 tahun masing -masing 7 orang (17.5%),
usia 15 tahun sebanyak 6 orang 15.0%, usia 12 dan 17 tahun masing -masing 4
orang (10 %) dan usia 16 tahun sebanyak 2 orang (5.0%). Dengan usia yang masih
remaja semacam ini, maka mereka masih bisa mengingat riwayat awal ketika mulai
menstruasi. Responden dalam penelitian ini bila dilihat dari pendapat American
Academy of Child and Adolescent Psychology, termasuk dalam katagori remaja awal
dan remaja pertengahan. Pada usia ini memang sudah muncul kepedulian terhadap
daya tarik seksual dan mulai tertarik pada lawan jenis (Mohamad, 1998). Kondisi
ini tentunya perlu memperoleh perhatian dari lingkungan keluarga maupun lingkungan
tempat belajarnya, agar perkembangannya menjadi terarah dan baik.
Suku
bangsa responden, sebagian besar berasal dari suku Jawa 34 orang (85%), Madura
5 orang (12.5%) dan Banjar 1 orang (2.5%). Di lihat dari tingkat pendidikannya,
sebagian besar, yakni sebanyak 25 orang (62.5%) siswa SMP dan 9 orang (22.5%)
merupakan siswa SMA. Ada 4 orang (10.0%) yang sedang menjalani pendidikan di
bangku Perguruan Tinggi dan 2 orang (5.0%) yang lulus dari Sekolah Dasar.
2.3 Riwayat
Menstruasi Remaja yang Tinggal di Pemukiman Kumuh Kota Surabaya
Riwayat
menstruasi yang dialami oleh responden akan dimulai dengan menyajikan umur
pertama kali mendapat menstruasi.
Distribusi
Pertama Kali Menstruasi
Umur (Tahun)
|
Frekuensi
|
Presentase (%)
|
10
|
3
|
7.5
|
11
|
5
|
12.5
|
12
|
13
|
32.5
|
13
|
14
|
35.0
|
14
|
2
|
5.0
|
15
|
3
|
7.5
|
Total
|
40
|
100.0
|
Sebagian
besar remaja mengalami menstruasi pertama kali pada usia 13 tahun yakni
sebanyak 14 orang (35.0%) dan 12 tahun sebanyak 13 orang (32.5%), sedang yang mendapat
menstruasi pertama kali umur 10 tahun sebanyak 3 orang (7.5%) dan yang mendapatkan
menstruasi pada usia 15 tahun juga sebanyak 3 orang (7.5%). Rata-rata usia mendapat
menstruasi pertama kali adalah 12.4 tahun. Melihat usia pertama kali menstruasi
(menarche) ternyata sebagian besar sudah sesuai dengan usia menarche yang umum
yakni 11 - 13 tahun (Amri, 1999). Meskipun masih ada responden yang mengalami
menarche lebih awal maupun lebih akhir, kondisi ini terkait dengan status gizi
dari remaja yang bersangkutan yang berpengaruh pada perkembangan fisiknya.
Bila
dilihat dari apakah remaja mengalami atau tidak mengalami keluhan ketika
pertama kali menstruasi, hasilnya tampak dalam tabel berikut .
Distribusi
Menurut Keluhan Pada Awal Mendapat Menstruasi
Keluhan pada awal menstruasi
|
Frekuensi
|
Presentase
|
Tidak mengalami keluhan
|
10
|
25.0
|
Mengalami keluhan
|
30
|
75.0
|
Total
|
40
|
100.0
|
Ternyata sebagian besar remaja, yakni
sebanyak 30 orang (75%) menyatakan mengalami keluhan dan sebanyak 10 orang
(25%) menyatakan tidak mengalami keluhan. Remaja yang mengalami keluhan
ternyata keluhannya bermacam-macam, yakni: sakit perut (mules), badan terasa
capek, pinggang terasa sakit, badan leml.as, kepala pusing dan payudara terasa
sakit. Ada yang hanya mengalami satu keluhan saja namun sebagian besar
mengalami keluhan kombinasi dari beberapa keluhan di atas. Lama waktu dari satu
menstruasi ke menstruasi berikutnya (siklus menstruasi) ternyata punya range
yang cukup panjang mulai dari 22 hari sampai ada yang lebih dari 35 hari.
Seperti tampak dalam tabel berikut.
Distribusi
Lama Waktu (Durasi) Siklus Menstruasi
Lama waktu (hari)
|
Frekuensi
|
Presentase (%)
|
22
|
3
|
7.5
|
28
|
23
|
57.5
|
30
|
3
|
7.5
|
31
|
1
|
2.5
|
34
|
1
|
2.5
|
Lebih dari 35
|
9
|
22.5
|
Total
|
40
|
100.0
|
Sebagian
besar remaja memiliki siklus menstruasi yang teratur yakni selama 28 hari. Ada 23
orang (57.5%), namun ada yang cukup cepat yakni selama 22 hari yang dialami
oleh 3 orang (7.5%) bahkan ada yang cukup lama siklusnya yakni lebih dari 35
hari yang dialami oleh 9 orang (22.5%).
Distribusi
Pola Siklus Menstruasi Yang Dialami
Pola siklus menstruasi
|
Frekuensi
|
Presentase (%)
|
Teratur (normal)
|
26
|
65.0
|
Tidak teratur
|
9
|
35.0
|
Total
|
40
|
100.0
|
Pola
siklus menstruasi responden, tampak bahwa sebanyak 26 orang (65.0%) menyatakan
teratur, sedangkan sisanya sebanyak 9 orang (35.0%) menyatakan siklus menstruasinya
tidak teratur. Satu siklus haid, berlangsung yang normal kurang lebih 30 hari (antara
28 – 32 hari). Memang pada remaja menstruasi bisa terjadi belum teratur. Kadang
perdarahan berlangsung lama, satu tahun hanya 3 – 4 kali menstruasi, tapi ada
juga yang belum satu bulan sudah menstruasi lagi. Hal ini wajar, dan nantinya
pelan -pelan akan teratur dengan sendirinya (Amri, 1999). Ketidak teraturan
siklus menstruasi ini bisa disebabkan banyak faktor, bisa karena faktor
hormonal, di mana tidak seimbangnya hormon estrogen dan progesteron maupun
faktor fisik karena aktivitas berlebih dan kecapekan atau pun karena faktor emosional
seperti stres. Responden yang mengalami siklus tidak teratur, umumnya menyatakan
disebabkan oleh kelelahan fisik dan stress emosional (seperti tugas sekolah
yang terlalu banyak dan saat ujian), diet yeng berlebihan, melakukan olah raga
fisik yang berat dan karena gangguan hormonal. Perbedaan usia juga akan dapat
menyebabkan terjadinya perbedaan siklus mentruasi. Pada kelompok umur remaja
biasanya mempunyai siklus menstruasi selama 31 hari, kemudian di usia remaja
mempunyai siklus menstruasi 27 hari dan mendekati usia di atas 50 tahun siklus
menstruasinya bisa mencapai 52 hari. Sedangkan lama menstruasinya bervariasi
juga, mulai dari 3 hari sampai 10 hari. Sebagian besar responden mengalami
menstruasi 8 hari, sebanyak 27 orang (67.5%), disusul kemudian 7 hari sebanyak
4 orang (10%) , 3 hari dan 5 hari masing -masing sebanyak 3 orang (7.5%), 4
hari sebanyak 1 orang (2.5%) dan 10 hari sebanyak 2 o rang (5%).
Distribusi
Pendapat Mengenai Banyaknya Darah Yang Keluar Pada Waktu Menstruasi
Banyaknya darah yang keluar
|
Frekuensi
|
Presentase (%)
|
Biasa/normal
|
14
|
35.0
|
Banyak
|
26
|
65.0
|
Total
|
40
|
100.0
|
Berkaitan
dengan darah yang keluar saat menstruasi, pendapat respnden sebagian besar,
yakni 26 orang (65%) menyatakan banyak dan 14 orang (35%) menyatakan biasa/normal.
Sedangkan apakah darah yang keluar menggumpal atau tidak, sebagian besar, yaitu
22 orang (55.0%) menyatakan menggumpal, 15 orang (37.5%) menyatakan kadang menggumpal
dan 3 orang (7.5%) menyatakan tidak menggumpal.
Distribusi
Rasa Sakit Saat Menstruasi
Menstruasi sakit
|
Frekuensi
|
Presentase (%)
|
Tidak
|
2
|
5.0
|
Ya
|
38
|
95.0
|
Total
|
40
|
100.0
|
Sebagian
besar responden, yakni sebanyak 38 orang (95.0%) menyatakan merasakan sakit
pada waktu menstruasi dan hanya 2 orang saja (5.0%) menyatakan tidak merasakan
sakit saat menstruasi. Dari yang mengalami rasa sakit pada saat menstruasi, 23
orang (57.5%) menyatakan merasakan sakit yang hebat (dilep) saat menstruasi dan
15 orang (37.5%) menyatakan merasakan rasa sakit yang hebat pada saat sebelum
sebelum menstruasi. Rasa sakit ini biasanya dialami 1 -3 hari dan yang paling
sakit hanya 1 hari. Hasil penelitian ini mennujukkan bahwa, hampir setiap
perempuan yang menstruasi mengalami sakit/nyeri.
2.4 Kondisi
Menstruasi Remaja di Pemukiman Kumuh Kota Surabaya
Kondisi
fisik yang dirasakan oleh responden sebelum maupun saat menstruasi, ternyata 5
orang (12.5%) menyatakan sakit perut, payudara sakit dan badan terasa capek diungkapkan
oleh masing-masing 4 orang (10%), 3 orang (7.5%) menyatakan badan lemas dan
ternyata sebagian besar, yaitu sebanyak 17 orang (42.5%) menyatakan merasakan beberapa
macam gejala sakit seperti kepala pusing,badan lemas , pinggang terasa sakit,
badan terasa capek dan payudara terasa sakit. Seperti tampak dalam tabel
berikut:
Kondisi
Fisik Yang Dirasakan Sebelum Maupun Selama Menstruasi
Kondisi fisik yang dirasakan
selama menstruasi
|
Frekuensi
|
Presentase (%)
|
Pinggang terasa sakit
|
2
|
5.0
|
Perut sakit
|
5
|
12.5
|
Badan lemas
|
3
|
7.5
|
Badan capek
|
4
|
10.0
|
Kepala pusing
|
2
|
5.0
|
Payudara sakit
|
4
|
10.0
|
Kombinasi beberapa macam sakit
|
17
|
42.5
|
Tidak merasakan sakit
|
3
|
7.5
|
Total
|
40
|
100.0
|
Distribusi
Kondisi Emosional Selama Masa Menstruasi
Kondisi Emosional
|
Frekuensi
|
Presentase (%)
|
Ingin marah
|
8
|
20.0
|
Gelisah
|
3
|
2.5
|
Tidak nyaman
|
8
|
20.0
|
Kombinasi beberapa kondisi
emosional
|
20
|
50.0
|
Tidak ada
|
2
|
5.0
|
Total
|
40
|
100.0
|
Kondisi
emosional yang dialami oleh responden pada saat menstruasi, tergambar dari tabel,
bahwa gejala emosional seperti ingin mar ah dan perasaan tidak nyaman dialami
oleh masing-masing 8 orang (20%), merasa gelisah sebanyak 3 orang (7.5%) dan
terbanyak, yakni 20 orang (50.0%) responden mengalami kombinasi beberapa gejala
emosional seperti ingin marah, gelisah, dan tidak nyaman. Pada saat menstruasi
memang banyak menimbulkan keluhan, hal ini terjadi karena dalam rangka
meluruhkan dinding -dindingnya, rahim melakukan konstraksi otot -otot. Inilah
yang menyebabkan banyak wanita merasa seperti kejang di perut saat menstruasi.
Selain itu ju ga bisa karena endometrium (selaput lendir di rahim) berkembang
di luar rahim, misalnya di rongga perut. Pada saat haid, endometrium ini ikut
luruh dan membuat rasa sakit yang luar biasa. Kelainan ini disebut
endometriosis (Amri, 1999). Selain menimbulkan ketidaknyamanan fisik,
menstruasi juga sering menimbulkan gangguan emosi, misalnya perasan tidak enak,
rasa ingin marah, pusing, lemas dan sebagainya yang ternyata dialami juga oleh
responden dalam penelitian ini. Gejala -gejala seperti itu biasa disebut dengan
sindroma pre menstruasi (Amri, 1999). Untuk mengatasi keluarnya darah
menstruasi, biasanya responden menggunakan pembalut.
Distribusi
Frekuensi Mengganti Pembalut dalam Sehari
Frekuensi mengganti pembalut dalam
sehari
|
Frekuensi
|
Presentase (%)
|
2 kali
|
13
|
32.5
|
3 kali
|
26
|
65.0
|
5 kali
|
1
|
2.5
|
Total
|
40
|
100.0
|
Pada saat haid pembuluh darah dalam rahim
terbuka, karena itu mudah terkena infeksi. Bila kebersihan vagina tidak dijaga,
maka kuman akan mudah masuk melalui vagina ke mulut rahim. Hal ini dapat
menimbulkan infeksi pada saluran reproduksi. Sebagian besar responden (65%)
menyatakan mengganti pembalut sebanyak 3 kali dalam satu hari, 32.5% mengganti
pembalut sebanyak 2 kali dan bahkan ada 1 responden (2.5%) mengganti pembalut
sebanyak 5 kali dalam satu hari.
2.5 Upaya
penanganan yang dilakukan terhadap pemukiman kumuh dan kondisi menstruasi pada
remaja pemukiman kumuh di kota Surabaya
a.
Upaya penanganan pemukiman kumuh di kota
Surabaya
1) Dengan membangun rumah susun
Mungkin dengan adanya rumah susun,
masyarakat yang masih tinggal
dipemukiman kumuh ini dapat tinggal di rumah susun ini. Walaupun biayanya tidak
begitu murah tetapi fasilitas dan kelayakannya dapat di pertimbangkan. Apalagi
dengan adanya rumah susun ini dapat menghemat lahan pemukiman. Selain itu
apabila terjadi campur tangan pemerinah, mungkin saja rumah susun ini dapat
menjadi lebih murah harga sewanya.
Selain itu menurut data yang didapatkan,
pemerintah mencanangkan anggaran sebesar 220 miliar untuk menyelesaikan masalah
pemukiman kumuh ini. Nah mungkin saja dari dana sebesar itu kita dapat
membangun rumah susun yang layak bagi masyarat yang tinggal di pemukiman kumuh
ini.
2) Memberikan penyuluhan tentang dampak
tinggal di pemukiman kumuh ini.
Tidak
lepas dari dampak yang di timbulkan bagi masyarakat yang tinggal di pemukiman
kumuh ini. Karena kondisi pemukiman yang jauh dari layak ini menyebabkan banyak
masalah. Salah satunya adalah terganggunya kesehatan masyarakat. Karena
kebanyakkan pemukiman ini berada di pinggir rel kereta api atau di bawah kolong
jembatan. Sehingga tidak terlepas tentang penyakit. Misalnya terganggunya
kesehatan pada saluran reproduksi remaja pada saat menstruasi. Maka dari itu
pemerintah harus dapat memberikan penyuluhkan tentang dampak yang di timbulkan
dari pemukiman kumuh ini agar masyarakat bisa sadar dan peka bahayanya tinggal
di pemukiman kumuh.
3) Program perbaikan kampung
Pemerintah
bisa memperbaiki struktur atau fasilitas di desa. Sehingga masyarakat tertarik untuk kembali ke kampung halamannya. Salah
satu caranya bisa saja dengan memperbaikki fasilitas yang ada di desa seperti
yang ada di kota. Atau dapat juga membangun lapangan kerja yang banyak di desa
atau memberikan program – program bantuan untuk masyarakat desa seperti yang di
rencanakan pemerintah pada program transmigrasi.
b.
Upaya penanganan kondisi menstruasi remaja
yang tinggal di pemukiman kumuh kota Surabaya
1) Menstruasi pertama (menarche) pada
remaja yang tinggal di pemukiman kumuh kota Surabaya ini perlu memperoleh
perhatian lebih, terutama dari para orang tua, karena remaja yang pertama
mengalami menstruasi acapkali juga disertai dengan perasaan kaget dan takut.
Mereka menduga terjadi luka sehingga keluar darah. Selain itu menstruasi
pertama ini juga menandai bahwa secara biologis seorang gadis sudah punya
kemampuan untuk hamil. Oleh sebab itu perhatian dan pemberian bekal yang benar
tentang kesehatan reproduksi diperlukan.
2) Ketidak teraturan siklus menstruasi
ini bisa disebabkan banyak faktor, bisa karena faktor hormonal, di mana tidak
seimbangnya hormon estrogen dan progesteron maupun faktor fisik karena
aktivitas berlebih dan kecapekan atau pun karena faktor emosional seperti
stres. Responden yang mengalami siklus tidak teratur, umumnya menyatakan
disebabkan oleh kelelahan fisik dan stress emosional (seperti tugas sekolah
yang terlalu banyak dan saat ujian), diet yeng berlebihan, melakukan olah raga
fisik yang berat dan karena gangguan hormonal. Dengan begitu remaja selama
menstruasi sebaiknya banyak istirahat, mengurangi aktivitas yang tidak penting
untuk dilakukan, dan makan makanan yang bergizi. Selain itu, perbedaan usia
juga akan dapat menyebabkan terjadinya perbedaan siklus mentruasi.
3) Untuk menangani rasa sakit saat
menstruasi yaitu dengan memberikan asupan gizi yang baik dalam makanan tetapi
semua itu tergantung pada kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan yang
berkualitas untuk anggota keluarganya. Nutrisi yang baik ikut membantu dalam
menjaga kondisi tubuh agar tetap stabil khususnya saat mengalami menstruasi.
Jika kondisi tubuh menurun, maka nyeri haid ini dapat berlebihan meskipun tidak
membahayakan kesehatan tapi perlu tetap mendapatkan perhatian.
4) Untuk menjaga kebersihan, penggunaan
pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 2-3 kali sehari, atau
setelah mandi dan buang air kecil (Amri, 1999). Karena pada saat haid pembuluh
darah dalam rahim terbuka, karena itu mudah terkena infeksi. Bila kebersihan
vagina tidak dijaga, maka kuman akan mudah masuk melalui vagina ke mulut rahim.
Hal ini dapat menimbulkan infeksi pada saluran reproduksi.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
1.
Tumbuhnya
permukiman kumuh adalah akibat dari adanya urbanisasi atau ledakan penduduk di kota-kota
besar. Daerah
pemukiman kumuh dengan keadaan sanitasi lingkungan yang buruk serta keadaan
sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi perempuan dalam memberikan
perawatan kesehatan selama menstruasi.
2.
Selama
masa menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi,
karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran
reproduksi kondisi tersebut tentunya dapat mengganggu kesehatan.
3. Remaja yang
tinggal di pemukiman kumuh kota Surabaya pada waktu menstruasi sebagian besar
mengalami sakit baik sebelum maupun saat menstruasi dan mengalami sindroma
premenstruasi baik dengan keluhan tunggal maupun gabungan beberapa keluhan.
4. Upaya
penaganan pemukiman kumuh ini dapat dilakukan dengan cara membangun rumah
susun, memberikan penyuluhan tentang dampak
tinggal di pemukiman kumuh, serta program perbaikan kampung.
Saran
Pemerintah
seharusnya membangun dan memberikan rumah susun di kota Surabaya untuk
mengurangi adanya pemukiman kumuh di kota Surabaya. Selain itu, masyarakat juga
harus selalu menjaga lingkungannya agar tetap indah, bersih, dan teratur. Sebaiknya
untuk para remaja lebih memperhatikan pola tingkah laku yang berhubungan dengan
kesehatan, seperti higiene dan sanitasi perorangan khususnya yang berhubungan
dengan kebersihan alat kelamin saat mengalami menstruasi dan menjaga kebersihan
lingkungan yang bertujuan untuk mencegah adanya gangguan kesehatan reproduksi
pada saat menstruasi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://isukesehatanlingkungan.blogspot.com/2012/05/7-masalah-kesehatan-lingkungan-di.html
0 komentar:
Posting Komentar